Showing posts with label Go Green. Show all posts
Showing posts with label Go Green. Show all posts

July 5, 2017

Mahluk Yang Disebut "Manusia" Suka Merusak Lingkungan


Terkadang saat bencana datang, manusia banyak dengan sadar atau tidak berkata, "Banjir Terjadi Karena Hujan", "Longsor Terjadi Karena Hujan" dan sebagainya. Padahal hujan adalah anugrah dari Tuhan. Dengan air hujan, sejumlah manfaat yang tak terhingga dirasakan oleh manusia. Ya, mahluk yang disebut "Manusia" yang suka merusak lingkungan. Memang tidak semua manusia suka merusak lingkungan. Mereka yang tidak bertanggung jawab terhadap diri, lingkungan, dan sesama mahluk berbuat sekehendak hati dengan membuang sampah sembarangan.
Seharusnya manusia malu terhadap binatang dan tumbuhan. Berapa banyak mereka punah dan musnah akibat perbuatan tangan yang tidak bertanggung jawab. Coba anda amati poto di atas ! Sampah yang menggunung dibuang di pinggir sungai, menyebabkan saluran air tersumbat dan meluap. Setelah terjadi banjir, baru semua orang panik. Dibutuhkan kesadaran peribadi, masyarakat dan pemerintah untuk sadar akan kebersihan lingkungan.
Perbuatan membuang sampah sembarangan sangat merugikan lingkungan dan semua mahluk. Disamping tumpukan sampah bisa menyebabkan banjir, polusi udara yang diakibatkan aroma busuk bisa mengganggu dan mengakibatkan infeksi saluran pernapasan.
Manusia seharusnya lebih bersyukur dengan cara menjaga kebersihan lingkungan. Karena manusia dibekali oleh Tuhan dengan akal dan pikiran. Berbeda dengan tumbuhan dan binatang yang diciptakan tanpa bekal seperti manusia. Namun dalam hal merusak lingkungan, ternyata mahluk yang bernama "manusia" ini lebih jago. Hey manusia ! Malu dong sama tumbuhan dan binatang !

July 3, 2017

KAWASAN WISATA MASIGIT KAREUMBI



Salah satu kawasan wisata di Kecamatan Cicalengka yang masih banyak dikunjungi adalah Kawasan Wisata Masigit Kareumbi. Kawasan ini sangat cocok untuk lokasi tadabur alam, kemping, piknik, dan melepas kepenatan dan panasnya kota dengan berbagai polusi. Anda dapat bernapas dengan menghirup udara segar, pohon pinus yang rindang, dan bisa beristirahat dengan bermalam di rumah pohon.
Bagi para blogger yang hendak mencari inspirasi, tentunya tempat ini sangat cocok, karena jauh dari kebisingan, dan tempat yang nyaman. Atau, anda ingin bermeditasi menggabungkan keseimbangan energi Yin dan Yang, dijamin di tempat ini anda akan fokus dan konsentrasi.
Sebelum menuju Kawasan Wisata Masigit Kareumbi, anda bisa mampir ke tempat wisata Curug Cindulang yang natural dan eksotis. Selain tempatnya yang nyaman, biaya untuk berwisata ke Curug Cindulang dan Masigit Kareumbi cukup murah, karena disesuaikan dengan daya beli dan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar.
Bukti bahwa alam bersahabat terhadap manusia, jika manusia mampu memelihara lingkungan dengan baik. Manfaat langsung dari Kawasan Wisata Masigit Kareumbi dan Curug Cindulang bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat sekitar dengan membuka warung jajanan, jasa peralatan kemping, dan sebagainya.
Walaupun Kawasan Wisata Masigit Kareumbi terletak di tiga lokasi (menurut penuturan masyarakat sekitar) yaitu terbagi ke Kabupaten Bandung, Sumedang dan Garut, namun tempat tersebut tetap terpelihara dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa terjalin keharmonisan antara Pemerintah di tiga wilayah tersebut.

July 2, 2017

LINGKUNGAN LESTARI UNTUK GENERASI PERTIWI


Udara segar berhembus dan terasa segar. Hijau dedaunan dan birunya gunung memanjakan mata kita dari kepenatan hiruk pikuk kesibukan manusia di kota. Air sungai mengalir dengan jernih kemudian bercabang mengikuti saluran air menuju sawah. Tanah yang gembur dan subur dengan unsur hara dari pupuk alam (kompos). Semua unsur air, udara, dan tanah masih terjaga dengan baik menyeimbangkan ekosistem di daerah Cicalengka, tepatnya sekitar Desa Dampit.
Sampai kapan lingkungan yang seimbang ini akan bertahan dengan baik? Jawabannya ada pada diri kita selaku masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap lestari. Sangat penting bagi generasi saat ini untuk menjaga kelestarian lingkungan guna diwariskan kepada anak cucu generasi pertiwi. Dengan berkembangnya dunia industri yang positif menambah jumlah lapangan pekerjaan, jangan sampai mengabaikan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan infrastruktur dan perumahan rakyat yang bertujuan baik untuk pertumbuhan ekonomi, jangan sampai malah merusak lingkungan ekosistem hingga punah.
Dibutuhkan sejumlah upaya yang dilandasi kesadaran yang ikhlas untuk menjaga kelestarian lingkungan. Upaya tersebut bisa dimulai dari individu, perusahaan, pemerintah dan semua pemangku kepentingan. Berikut sejumlah upaya yang harus dilakukan guna menjaga kelestarian lingkungan yang saya maksud:
1. memilah sampah organik dan sampah anorganik sebelum dibuang pada tempatnya;
Sampah organik bisa dibakar dengan mudah dan dimanfaatkan abunya sebagai pupuk tanaman. Sedangkan sampah anorganik sangat susah untuk dihancurkan walaupun telah dibakar. Dari sejumlah pengalaman saya membakar plastik sebagai contoh, tidak langsung dapat musnah, melainkan meleleh dan membeku yang pada akhirnya akan menjadi polusi terhadap tanah. Cara yang lebih baik untuk memanfaatkan sampah anorganik adalah dengan teknologi daur ulang supaya bisa dimanfaatkan kembali.
2. menerapkan izin usaha yang selektif dan berbasis studi kelayakan terhadap perusahaan industri pengolahan barang;
Dalam parameter tertentu, pemerintah bisa menolak izin usaha dari perusahaan yang tidak ramah lingkungan.
3. pengawasan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap perusahaan industri (pabrik, home industri, peternakan, dan sebagainya);
4. memotivasi dan membina masyarakat untuk mengoptimalkan usaha pertanian.
Demikian sejumlah opini yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan ada manfaatnya!



Mewujudkan Kesadaran Lingkungan Agar Tetap Hijau Sejak Usia Dini



Usia dini merupakan tahap dimana anak meniru perilaku orang dewasa. Dengan memberikan contoh menanam bunga dan tanaman hias di sekolah secara berkelanjutan (dari usia anak sampai remaja), maka akan tertanam kesadaran mental akan pentingnya lingkungan hidup yang hijau. 
Guru sebagai agen percontohan siswa di sekolah bisa mengajari siswa bagaimana cara menanam bunga dan tanaman hias yang baik. Akan terekam kuat dalam memori anak, bila diberikan contoh langsung kemudian dilakukan praktek bersama.
Lingkungan yang hijau di sekolah sangat penting, karena secara langsung dan tidak langsung, secara fisik maupun mental sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Sebagai contoh manfaat langsung dari lingkungan hijau bisa dikorelasikan dengan materi Ilmu Pengetahuan Alam, bisa juga dalam tema "saling menyayangi mahluk Tuhan" dalam materi Pendidikan Agama. Secara tidak langsung, suasana udara segar, pandangan mata dengan dedaunan yang hijau dan bunga yang indah sangat mendukung secara emosional terhadap perkembangan belajar anak. 
Manfaat tidak langsung lainnya dengan praktek menanam dan merawat bunga / tanaman hias (penghijauan) syaraf motorik anak akan lebih terlatih, misalnya dengan mengangkat pot bunga. 
Sangat dibutuhkan mental kesadaran menjaga lingkungan agar tetap hijau dipupuk sejak usia dini mengingat pembangunan industri dan infrastruktur di masa mendatang diprediksi akan menghabiskan banyak lahan pertanian, perkebunan, dan persawahan yang bergeser dari kota ke kampung. Bila generasi penerus bangsa tidak mempunyai kesadaran menjaga lingkungan, maka tidak mustahil bencana akan bermunculan dimana-mana. 
Sebagai contoh bencana akibat kurangnya kesadaran menjaga lingkungan agar tetap hijau yaitu munculnya penyakit infeksi saluran pernapasan sebagai akibat dari pencemaran udara, bencana longsor karena tebing yang harusnya ditanami pohon malah dibikin areal pemukiman. 
Sebagai kesimpulan, penulis mengajak semua pihak untuk mewujudkan kesadaran menjaga lingkungan agar tetap hijau sejak usia dini (di sekolah).

July 1, 2017

SILATURAHMI TERHADAP ALAM


Pada hari Kamis, tanggal 29 Juni 2017, semua proses silaturahmi terhadap saudara, teman, tetangga, guru, dan muslim lainnya telah saya lakukan. Dalam rangka menyambut Idul Fitri 1438 Hijriyah tak lengkap rasanya jika tidak keliling kampung, meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. 
Sekitar pukul 10.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), saya bersama istri melakukan perjalanan dalam rangka Silaturahmi Dengan Alam. Apakah perlu kita bersilaturahmi dengan alam? Jawabannya sangat jelas, perlu sekali. Mengapa? Karena alam diciptakan oleh Tuhan sebagai teman (sahabat) untuk manusia. Alam harus diperlakukan sama dengan manusia, berikan kasih sayang terhadap sesama mahluk (termasuk alam).
Kami mengendarai sepeda motor selama kurang lebih 3 jam. Dari daerah Cikancung menuju pemandangan yang indah di sepanjang jalan menuju daerah Banjaran. Saat melewati daerah Sapan, Kami mengambil foto pemandangan alam yang sangat indah. Ditemani hembusan angin yang masih segar dan tidak tercemar. 
Tujuan utama pada awalnya hendak berwisata ke daerah Gunung Puntang (Cimaung, Banjaran). Namun, hari sudah terlalu siang. Sehingga, Kami memutuskan untuk melaksanakan Shalat Dzuhur di Masjid Agung Banjaran. Sebelum memasuki masjid untuk shalat, Kami beristirahat di sekitar halaman, sambil menikmati jajanan Es Kelapa Muda dengan bahan gula aren asli. Sungguh nikmat terasa di lidah. Saya bisa merasakan bahwa gula aren yang dijadikan pemanis es kelapa muda tersebut benar-benar asli. Kemudian saya tanyakan pada Sipenjual es kelapa muda, dan jawabannya benar bahwa gula aren tersebut benar-benar asli (bukan gula daur ulang).
Saya sempat mengobrol sama istri, betapa alam akan menyuguhkan manfaat yang luar biasa jika dirawat dan dipelihara dengan penuh kasih sayang. Salah satu bukti nyata adalah manfaat dari pohon aren yang menghasilkan gula untuk bahan konsumsi kita.
Sebagai kesimpulan dari sekelumit artikel ini, saya mengajak kepada seluruh umat manusia di dunia, "Pelihara Alam Dengan Penuh Kasih Sayang, Maka Alam Pun Akan Menyayangi Kita Sebagai Manusia".

February 24, 2017

BUNGA SANGAT BAIK DITANAM DI HALAMAN SEKOLAH




Selamat Malam Semuanya!

Tulisan kali ini masih seputar menanam bunga. Tema yang diambil mengenai bunga sangat baik jika ditanam di halaman sekolah. Ada beberapa alasan mengapa bunga sangat baik ditanam di halaman sekolah, yaitu akan memberikan efek psikologis dan pendidikan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan, jika anak-anak diajarkan merawat bunga dengan menyiram, memupuk, dan membersihkan bunga dari hama itu lebih bermanfaat lagi. Mereka, selain mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akan mendapatkan efek psikologis yaitu suasana hati yang bahagia, tenang, dan membangkitkan sejumlah pertanyaan mengenai mahluk hidup, khususnya bunga. Minimal anak-anak akan bertanya pada guru, "Bunga apakah ini?" Nah, dari pertanyaan tersebut, seorang guru bisa mengarahkan anak-anak pada tema yang lebih luas lagi. Bahkan bisa mengembangkan materi pembelajaran dengan metode eksplorasi. Anak bisa diskusi dengan temannya mengenai nama-nama bunga dan mencari tahu mengenai deskripsi bunga tersebut.

Mengajarkan anak menanam bunga, bisa menjadi dasar bagi anak untuk menghargai lingkungan sejak usia dini. Alasan lain bunga sangat baik ditanam di halaman sekolah yaitu akan memberikan suasana keindahan pada lingkungan sekolah. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa (baik guru maupun orang tua) akan lebih nyaman di lingkungan sekolah, karena pandangan mata akan lebih segar dan menghilangkan kejenuhan. Terlebih, jika sekolah tersebut terletak di pinggir jalan raya, tentu bisa menyerap debu dan asap dari kendaraan bermotor.

Menanam bunga di halaman sekolah juga sangat sejalan dengan program pemerintah, khusunya bidang lingkungan. Kita mengenal program "Menanam Seribu Pohon". Ketertarikan dan minat anak dalam menanam pohon bisa diawali dengan kegiatan yang lebih menyenangkan yaitu menanam bunga.

Gambar bunga di atas saya ambil di salah satu halaman sekolah (Taman Kanak-Kanak) yang ada di Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Sangat Terlihat, ada keceriaan yang lebih menonjol saat membandingkan anak-anak bermain di sekolah yang halamannya banyak ditanami bunga dengan sekolah yang tidak ada bunga sedikit pun.

Akhir kata saya mengajak pada semua, "Ajarkan anak menanam bunga sejak usia dini!"


February 14, 2017

BUNGA BERMEKARAN SEPANJANG JALAN


                             
                             
Pada hari Senin, Tanggal 13 Februari 2017, saya melakukan perjalanan menuju pusat pemerintahan di Kabupaten Bandung yaitu Soreang. Saya mengambil rute dari daerah Majalaya menuju Sapan kemudian keluar dari Jalan Raya Ciparay. Dari Ciparay, saya meneruskan perjalanan melalui rute Kecamatan Arjasari - Banjaran - Soreang. Sebuah rute perjalanan yang jarang diambil orang, karena dianggap jauh jika dibandingkan rute Majalaya-Baleendah-Banjaran-Soreang. Namun, menurut saya melewati jalur Arjasari sangat menyenangkan karena sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan alam yang indah dan asri, udara yang masih sangat segar, rindangnya dedaunan dari pohon dan tanaman, dan yang paling saya suka adalah banyaknya bunga yang tumbuh di sepanjang Jalan Arjasari Kabupaten Bandung.

Saya sangat kagum dengan kepedulian Masyarakat Kecamatan Arjasari terhadap pemeliharaan lingkungan. Tentu, hal ini didukung oleh dorongan aparat pemerintah setempat yang peduli terhadap lingkungan. Saya belum menemukan suasana lingkungan seperti di Kecamatan Arjasari, sehingga saya mengambil foto-fota pemandangan alam, tanaman budidaya, dan tidak terkecuali foto bunga-bunga yang indah bermekaran.

Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat di Kecamtan Arjasari adalah bertani. Saya melihat cara dan tujuan mereka bertani tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan peribadi, melainkan sudah merambah ke arah budidaya dan bisnis hasil pertanian. Hal ini didasari dengan banyaknya para penjual hasil pertanian di pinggir jalan. Mulai dari petani yang menjajakan bengkuang, singkong, jagung, kelapa, dan hasil pertanian lainnya.

Saya yakin sekali bahwa lingkungan hidup di daerah Arjasari masih terawat dengan sangat baik. Hal ini ditandai dengan masih tumbuhnya semak-semaki liar di pinggir jalan tapi berbunga, kupu-kupu berterbangan, udara yang sejuk, dan ada beberapa tumbuhan yang masih tumbuh di daerah ini padahal di daerah lain sudah langka. Contohnya: tumbuhnya semak "karebak", "baruntas" (bahasa sunda), bambu kuning, dan sebagainya. 

Saya sangat bersyukur karena masih ada masyarakat di Negeri ini yang begitu peduli terhadap pelestarian lingkungan. Ini sangat penting, karena lingkungan yang baik, terawat, dan sehat akan sangat berpengaruh terhadap manusia, baik secara fisik maupun mental. 

Singkat cerita saya sudah meninggalkan Daerah Arjasari, dan memasuki Jalan Raya Banjaran. Saya bertanya-tanya dalam hati, "mengapa perut saya terasa lapar sekali?", padahal tadi pagi saya sudah makan nasi dengan porsi yang besar. Apakah ada kaitan antara menikmati pemandangan alam yang indah dengan metabolisme pencernaan perut manusia?. Hal ini belum terjawab oleh saya peribadi. Apabila ada di antara Anda yang bisa menjelaskan keterkaitannya. Saya akan sangat berterima kasih.

February 12, 2017

POHON BERINGIN SEBAGAI PARU-PARU KOTA


Selamat pagi! Kali ini saya akan membahas mengenai pohon beringin. Pohon yang satu ini setelah tua, biasanya tumbuh menjulang tinggi dengan daun yang rindang dan akar napas yang banyak menggantung. Beringin termasuk pohon yang berumur panjang, seperti halnya pohon asam. Sungguh sangat disayangkan masih banyak  pandangan "mistis" yang melekat pada pohon ini. Padahal, pandangan tersebut tidak berdasar, tidak logika, dan menyesatkan.

Pohon beringin yang berusia tua sangat bermanfaat sebagai paru-paru kota. Kita sering melihat pohon ini di sekitar masjid raya/agung, di halaman kantor intansi pemerintah dan di tempat umum lainnya. Ketinggian pohon ini bisa mencapai 30 meter, dengan daun yang rindang, sehingga sangat nyaman bila kita berteduh di bawahnya.

Polusi udara dari asap kendaraan, asap pabrik dan asap pembakaran lainnya bisa dinetralisir dengan daun pohon beringin. Gambar pohon beringin di atas saya ambil/foto dari depan Mesjid Agung Cicalengka, Kabupaten Bandung. Sejak saya berusia Sekolah Dasar kelas 6, pohon ini sudah tumbuh menjulang tinggi dengan batang pohon yang besar. Saya tidak tahu pasti umur dari pohon ini, yang jelas lebih dari 20 tahun

Banyak orang yang sengaja duduk di bawah pohon beringin ini, sambil melepas lelah setelah pulang kerja, pulang sekolah, pulang dari pasar. Pohon beringin ini sudah menjadi ikon Mesjid Agung Kecamtan Cicalengka. Sungguh segar menikmati udara di bawah pohon beringin. Mudah-mudahan pohon beingin ini berumur panjang. Amiin

February 10, 2017

JANGAN KAU AMBIL SINGKONGKU !


Siapa yang tidak mengenal singkong? Ya, tanaman ini sangat populer di dunia. Umbi singkong bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan, diantaranya olahan orang Sunda yang saya ketahui yaitu: opak, kicimpring, tape, kripik dan masih banyak lagi. Ditambah kulit umbi singkong bisa dijadikan bahan makanan yaitu "empoy" (makanan khas Sunda). Bahkan daun singkong sering kita temui di warung nasi "Masakan Padang". Sudah tentu batang pohon singkongnya bisa dipakai untuk mengembangkan budidaya singkong dengan cara stek batang.

Orang tua zaman dulu, sering memberikan nasihat "hiduplah seperti singkong!". Saat itu saya masih anak-anak dan belum paham akan nasihat tersebut. Sekarang saya mengerti, bahwa dalam menjalani kehidupan kita sebagai umat manusia harus mempunyai "nilai manfaat" untuk sesama mahluk dan alam semesta. 

Di Indonesia lahan untuk menanam singkong sudah sempit (pendapat peribadi). Saya berpendapat demikian karena berdasarkan perkembangan pembangunan infrastruktur banyak lahan yang dulunya kebun sekarang menjadi areal perumahan, pabrik, jalan raya, dan sebagainya. Pembangunan tersebut memang suatu hal yang positif bagi ekonomi negara, namun dampak negatifnya generasi muda bangsa banyak yang meninggalkan dunia pertanian.

Sekitar dua bulan yang lalu, saya mengunjungi rumah orang tua di kampung seberang dengan maksud ingin meminta umbi singkong. Namun, tidak ditemukan sama sekali. Saya menanyakan pada tetangga dengan maksud ingin membelinya. Jawabannya sama, "Kami sudah tidak menanam singkong". Sungguh ironis jika dibandingkan dengan keadaan tiga puluh tahun yang lalu, singkong bisa dengan mudah didapatkan.

Dari kondisi tersebut, saya terinsfirasi untuk memanfaatkan lahan pekarangan di depan dan pinggir rumah untuk ditanami singkong dengan maksud untuk bahan konsumsi peribadi dan tetangga jika hasilnya melimpah. Amiin.

Coba Anda bayangkan sepuluh sampai lima belas tahun kemudian! Bisa jadi tanaman singkong sudah sangat langka jika tidak dibudidayakan dari sekarang. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal yang namanya umbi singkong! 

Akhir kata, sebagai kesimpulan saya hanya ingin mengatakan, "Jangan Kau Ambil Singkongku!"

February 5, 2017

FLORA YANG BAIK MEMBUAT FAUNA BETAH


Rumput, semak, bunga, tanaman hias dan semua jenis flora yang tumbuh dengan subur (baik) akan membuat binatang (fauna) betah. Tidak hanya manusia yang membutuhkan udara segar, bintatang pun sama tentunya. Setiap bangung pagi, saya langsung meninjau tanaman yang ada di depan rumah. Kelopak mata yang masih sedikit rapat, langsung melek, ditambah hembusan udara pagi yang segar mengawali pagi menjadi lebih semangat. 

Saya duduk di teras halaman, sambil mengamati dedaunan, bunga, tanaman hias, dan pohon bambu yang ada di sekitar. Ditemani secangkir kopi hangat yang sungguh nikmat, membuat hati ingin terus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Ketika melihat tanaman hias yang bernama "Sri Rejeki", saya tercengang karena dikagetkan oleh seekor binatang yang sudah lama menghilang dan jarang ditemukan. Seekor anak bunglon yang lucu dan imut. Saya langsung mengambil fotonya. Ini dia Si bunglon sedang berfose.

Kapan terakhir kali Anda melihat bunglon di sekitar tempat tinggal Anda?
Saya coba untuk menebak, pasti sudah lama Anda tidak melihat binatang ini. Sama halnya dengan saya, terakhir saya melihat bunglon ketika usia Sekolah Dasar (kurang lebih 20 tahun yang lalu).

Ketika saya melihat Si anak bunglon ini, saya berpikir pasti ada bunglon-bunglon yang sudah besar (dewasa). Setelah mengambil fotonya, saya coba untuk melihat bunga/tanaman hias yang ada di belakang rumah. Saya melihat seekor kupu-kupu sedang bertengger di atas daun.

Dari pengalaman tersebut, saya menyimpulkan bahwa ketika lingkungan dan flora dirawat dengan baik, maka fauna pun akan datang dan tinggal dengan betah.

January 30, 2017

LESTARIKAN JENIS BAMBU DI INDONESIA

Alam indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna. Salah satu kekayaan flora Indonesia adalah berbagai jenis bambu yan terhitung cukup banyak. Tidak kalah oleh Negeri Tirai Bambu, Indonesia pun memiliki banyak jenis bambu dan bisa dibilang unik jenisnya. Di sini penulis hanya bisa menyebutkan beberapa jenis saja karena keterbatasan pengetahuan, diantaranya: bambu kuning, bambu gombong, bambu tali, bambu hitam, bambu haur hijau, bambu temen, bambu buluh, dan tentunya masih banyak lagi.

Bambu merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masih ingatkah Anda bahwa dalam Mata Pelajaran Sejarah di sekolah (dulu), dipaparkan bahwa pejuang Indonesia menggunakan bambu runcing untuk melawan penjajah dalam perang. Subhanalloh, hanya berbekal senjata bambu runcing, Para Pejuang Indonesia banyak meraih kemenangan waktu itu. Pepatah mengatakan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah".

Sungguh ironis dengan kata pepatah tadi, berapa banyak kebun bambu yang telah rata menjadi area perumahan, pabrik, jalan raya, dan sebagainya. Sebagai contoh, dulu saya sering melihat jenis bambu kuning banyak tumbuh di kebun-kebun, pinggir jalan, kolam, dan sawah. Sekarang jenis bambu ini bisa dikatakan langka, dan hampir hilang di tiap daerah. Tambah lagi dengan jenis bambu hitam, saat ini jauh lebih langka daripada bambu kuning.

Mari kita introspeksi diri, dengan melihat berbagai jenis manfaat pohon bambu. Sebenarnya kita tahu banyak barang-barang perabot rumah tangga yang terbuat dari bambu, saya sebutkan dalam Bahasa Sunda : ayakan, boboko, aseupan, rancatan, hihid, telebug, tolombong, dll. Ditambah nilai manfaat bambu bisa dibuat berbagai jenis barang kerajinan tangan dan alat musik. Manfaat lain pohon bambu ditinjau dari sisi ekosistem adalah bisa dijadikan tanaman penyangga tanah, penyimpan cadangan air, dan penstabil suhu udara di sekitarnya. 

Sebenarnya, leluhur Bangsa Indonesia adalah orang-orang yang sangat menghargai alam dan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini terbukti dari berbagai bukti sejarah dan bukti kehidupan nyata suku-suku pedalaman yang ada di Indonesia saat ini. 

January 26, 2017

LINDUNGI LINGKUNGAN SUPAYA TETAP HIJAU


Melihat makin berkembangnya pembangunan di Indonesia, sungguh signifikan dari tahun ke tahun. Khususnya dalam pembangunan infrastruktur (mulai dari industri manufaktur sampai pembangunan perumahan rakyat). 

Saya sebagai penduduk yang tinggal di kampung nan jauh di mata. he. merasakan perubahan yang mencolok jika dibandingkan ketika dulu masih anak-anak sampai saat ini saya berusia 35 tahun. Dulu sangat mudah ketika mau mencari singkong untuk direbus, jagung untuk dibakar, kacang tanah sebagai cemilan. Tinggal ambil di kebun lalu diolah, siap saji deeeh.

Sekarang, ketika mau mencari daun singkong pun sangatlah susah! Harus beli di pasar dengan harga Rp. 500 per ikat kecil. Demikian juga dengan hasil pertanian lainnya, sekarang harus serba beli di pasar. 

Sekitar tahun 1995, udara pagi masih segar terasa. Pemandangan masih dihiasi dengan segarnya dedaunan yang serba hijau. Suara burung saling bersahutan dari pohon ke pohon. Kepulan asap keluar dari genteng dapur di tiap rumah. Iringan petani membawa cangkul ke kebun dan ke sawah. 

Saat hari menjelang siang, ibu-ibu menggendong bakul, membawa sajian makan siang untuk suami dan tetangga yang sedang mencangkul. Sesekali saya suka ikut ke kebun atau ke sawah sengaja ingin menyantap makan siang dengan ikan asin, lalap, sambel. (Subhanalloh, Walhamdulillah, Walaaa Ilaaaha Illallohu Allohu Akbar). Kenikmatan makan di sawah dan di kebun saat itu belum pernah saya alami kembali.

Kemana sawah itu sekarang?
Kemana Kebun itu sekarang?
Kemana Suara Burung itu sekarang?
Kemana hijaunya dedaunan itu sekarang?

Semuanya hampir hilang. 
Direnggut oleh satu kata "modern"
Sungguh ironi sekali

Asap yang mengepul sekarang bukan lagi dari genteng dapur. Tapi asap dari pabrik. Burung-burung yang dulu berkicau terusir entah kemana? karena pepohonan tempat mereka bertengger, sekarang sudah ditebang dijadikan "perumahan murah bersubsidi".

Kepada seluruh jajaran pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Indonesia tercinta, Penulis mengajak "Mari kita hijaukan kembali lingkungan kita supaya tetap asri, alami, dan segar!!!"

ENTRI UNGGULAN

MiniTani Sebagai Solusi di Saat Pandemi

"Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Nah, itulah sekelumit lirik lagu "kolam sus...