February 14, 2017

BUNGA BERMEKARAN SEPANJANG JALAN


                             
                             
Pada hari Senin, Tanggal 13 Februari 2017, saya melakukan perjalanan menuju pusat pemerintahan di Kabupaten Bandung yaitu Soreang. Saya mengambil rute dari daerah Majalaya menuju Sapan kemudian keluar dari Jalan Raya Ciparay. Dari Ciparay, saya meneruskan perjalanan melalui rute Kecamatan Arjasari - Banjaran - Soreang. Sebuah rute perjalanan yang jarang diambil orang, karena dianggap jauh jika dibandingkan rute Majalaya-Baleendah-Banjaran-Soreang. Namun, menurut saya melewati jalur Arjasari sangat menyenangkan karena sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan alam yang indah dan asri, udara yang masih sangat segar, rindangnya dedaunan dari pohon dan tanaman, dan yang paling saya suka adalah banyaknya bunga yang tumbuh di sepanjang Jalan Arjasari Kabupaten Bandung.

Saya sangat kagum dengan kepedulian Masyarakat Kecamatan Arjasari terhadap pemeliharaan lingkungan. Tentu, hal ini didukung oleh dorongan aparat pemerintah setempat yang peduli terhadap lingkungan. Saya belum menemukan suasana lingkungan seperti di Kecamatan Arjasari, sehingga saya mengambil foto-fota pemandangan alam, tanaman budidaya, dan tidak terkecuali foto bunga-bunga yang indah bermekaran.

Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat di Kecamtan Arjasari adalah bertani. Saya melihat cara dan tujuan mereka bertani tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan peribadi, melainkan sudah merambah ke arah budidaya dan bisnis hasil pertanian. Hal ini didasari dengan banyaknya para penjual hasil pertanian di pinggir jalan. Mulai dari petani yang menjajakan bengkuang, singkong, jagung, kelapa, dan hasil pertanian lainnya.

Saya yakin sekali bahwa lingkungan hidup di daerah Arjasari masih terawat dengan sangat baik. Hal ini ditandai dengan masih tumbuhnya semak-semaki liar di pinggir jalan tapi berbunga, kupu-kupu berterbangan, udara yang sejuk, dan ada beberapa tumbuhan yang masih tumbuh di daerah ini padahal di daerah lain sudah langka. Contohnya: tumbuhnya semak "karebak", "baruntas" (bahasa sunda), bambu kuning, dan sebagainya. 

Saya sangat bersyukur karena masih ada masyarakat di Negeri ini yang begitu peduli terhadap pelestarian lingkungan. Ini sangat penting, karena lingkungan yang baik, terawat, dan sehat akan sangat berpengaruh terhadap manusia, baik secara fisik maupun mental. 

Singkat cerita saya sudah meninggalkan Daerah Arjasari, dan memasuki Jalan Raya Banjaran. Saya bertanya-tanya dalam hati, "mengapa perut saya terasa lapar sekali?", padahal tadi pagi saya sudah makan nasi dengan porsi yang besar. Apakah ada kaitan antara menikmati pemandangan alam yang indah dengan metabolisme pencernaan perut manusia?. Hal ini belum terjawab oleh saya peribadi. Apabila ada di antara Anda yang bisa menjelaskan keterkaitannya. Saya akan sangat berterima kasih.

February 12, 2017

POHON BERINGIN SEBAGAI PARU-PARU KOTA


Selamat pagi! Kali ini saya akan membahas mengenai pohon beringin. Pohon yang satu ini setelah tua, biasanya tumbuh menjulang tinggi dengan daun yang rindang dan akar napas yang banyak menggantung. Beringin termasuk pohon yang berumur panjang, seperti halnya pohon asam. Sungguh sangat disayangkan masih banyak  pandangan "mistis" yang melekat pada pohon ini. Padahal, pandangan tersebut tidak berdasar, tidak logika, dan menyesatkan.

Pohon beringin yang berusia tua sangat bermanfaat sebagai paru-paru kota. Kita sering melihat pohon ini di sekitar masjid raya/agung, di halaman kantor intansi pemerintah dan di tempat umum lainnya. Ketinggian pohon ini bisa mencapai 30 meter, dengan daun yang rindang, sehingga sangat nyaman bila kita berteduh di bawahnya.

Polusi udara dari asap kendaraan, asap pabrik dan asap pembakaran lainnya bisa dinetralisir dengan daun pohon beringin. Gambar pohon beringin di atas saya ambil/foto dari depan Mesjid Agung Cicalengka, Kabupaten Bandung. Sejak saya berusia Sekolah Dasar kelas 6, pohon ini sudah tumbuh menjulang tinggi dengan batang pohon yang besar. Saya tidak tahu pasti umur dari pohon ini, yang jelas lebih dari 20 tahun

Banyak orang yang sengaja duduk di bawah pohon beringin ini, sambil melepas lelah setelah pulang kerja, pulang sekolah, pulang dari pasar. Pohon beringin ini sudah menjadi ikon Mesjid Agung Kecamtan Cicalengka. Sungguh segar menikmati udara di bawah pohon beringin. Mudah-mudahan pohon beingin ini berumur panjang. Amiin

BAU TAPI BANYAK DISUKAI

Pohon jengkol adalah jenis pohon khas Indonesia yang tidak ada di negara lain. Buahnya sangat diminati oleh khalayak ramai, walaupun makanan ini mengeluarkan aroma bau yang tidak sedap. Bahkan, saat ini jengkol mulai banyak disukai oleh bangsa lain. 

Karena banyak diminati, harga jengkol semakin meroket. Saat ini harga jengkol bisa mencapai Rp. 32.000.- per kilo gram. Sungguh harga yang fantastis menyaingi harga daging ayam. Penyebab utama tingginya harga jengkol karena pohon jengkol sudah sangat langka. Saya peribadi sebagai orang yang tinggal di kampung sudah kurang lebih 5 tahun tidak menemukan pohon jengkol di kebun.

Bagi para pecinta jengkol, harus hati-hati dalam mengkonsumsi makanan yang satu ini. Jangan makan terlalu banyak! Karena jika Anda makan jengkol terlalu banyak bisa menyebabkan keracunan jengkol (mengandung asam jengkaloat). Keracunan jengkol dalam bahasa sunda disebut "jengkoleun", ditandai dengan sakitnya saluran kantung kemih saat kita buang air kecil, keringat di badan mengeluarkan aroma bau jengkol. 

Cara paling mudah agar jengkol tidak terlalu mengandung asam jengkaloat dan tidak terlalu bau adalah dengan direndam dengan air garam selama satu jam. Cara tradisional untuk mengurangi racun dan bau dalam jengkol adalah "sepi jengkol" (dalam bahasa sunda). Jengkol "disepi" dengan cara dikubur dalam tanah selama satu minggu dengan syarat jengkol tersebut masih dalam cangkang. 

Ngomong-ngomong, perut saya sudah terasa lapar. hehe. Kayaknya enak kalau hari ini makan siang dengan jengkol, asin, sambal, dan lalap daun singkong dari pekarangan. 

February 10, 2017

JANGAN KAU AMBIL SINGKONGKU !


Siapa yang tidak mengenal singkong? Ya, tanaman ini sangat populer di dunia. Umbi singkong bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan, diantaranya olahan orang Sunda yang saya ketahui yaitu: opak, kicimpring, tape, kripik dan masih banyak lagi. Ditambah kulit umbi singkong bisa dijadikan bahan makanan yaitu "empoy" (makanan khas Sunda). Bahkan daun singkong sering kita temui di warung nasi "Masakan Padang". Sudah tentu batang pohon singkongnya bisa dipakai untuk mengembangkan budidaya singkong dengan cara stek batang.

Orang tua zaman dulu, sering memberikan nasihat "hiduplah seperti singkong!". Saat itu saya masih anak-anak dan belum paham akan nasihat tersebut. Sekarang saya mengerti, bahwa dalam menjalani kehidupan kita sebagai umat manusia harus mempunyai "nilai manfaat" untuk sesama mahluk dan alam semesta. 

Di Indonesia lahan untuk menanam singkong sudah sempit (pendapat peribadi). Saya berpendapat demikian karena berdasarkan perkembangan pembangunan infrastruktur banyak lahan yang dulunya kebun sekarang menjadi areal perumahan, pabrik, jalan raya, dan sebagainya. Pembangunan tersebut memang suatu hal yang positif bagi ekonomi negara, namun dampak negatifnya generasi muda bangsa banyak yang meninggalkan dunia pertanian.

Sekitar dua bulan yang lalu, saya mengunjungi rumah orang tua di kampung seberang dengan maksud ingin meminta umbi singkong. Namun, tidak ditemukan sama sekali. Saya menanyakan pada tetangga dengan maksud ingin membelinya. Jawabannya sama, "Kami sudah tidak menanam singkong". Sungguh ironis jika dibandingkan dengan keadaan tiga puluh tahun yang lalu, singkong bisa dengan mudah didapatkan.

Dari kondisi tersebut, saya terinsfirasi untuk memanfaatkan lahan pekarangan di depan dan pinggir rumah untuk ditanami singkong dengan maksud untuk bahan konsumsi peribadi dan tetangga jika hasilnya melimpah. Amiin.

Coba Anda bayangkan sepuluh sampai lima belas tahun kemudian! Bisa jadi tanaman singkong sudah sangat langka jika tidak dibudidayakan dari sekarang. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal yang namanya umbi singkong! 

Akhir kata, sebagai kesimpulan saya hanya ingin mengatakan, "Jangan Kau Ambil Singkongku!"

February 9, 2017

BUNGA LAVENDER BELUM BERBUNGA


Saya belum membaca kiat agar bunga lavender cepat berbunga. Saya masih berinovasi dengan cara saya sendiri dalam merawat bunga ini. Kurang lebih 2 bulan yang lalu, saya meminta bibit bunga ini dari tetangga. Setiap hari saya siram menggunakan air cucian beras, air ekstrak rebung yang sudah dipermentasi selama dua minggu ditambah ramuan lainnya.

Awalnya bunga lavender saya letakan di depan teras rumah, namun baru tiga hari daun-daunnya mulai kering pertanda terlalu banyak penyinaran. Kemudian saya pindahkan ke pekarangan di belakang rumah, sehingga daunnya segar kembali. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa lavender akan berbunga. Saya harus sabar menunggunya, karena jenis bunga ini termasuk jarang dalam berbunga. Tapi, kelebihan bunga ini adalah awet ketika mekar. Bunga lavender bisa mekar kurang lebih tiga minggu sampai satu bulan. 

Kemarin, saya mengamati mulai dari batang pohonnya sampai ke daun. Sepintas dilihat tidak ada yang salah dengan bunga ini. Namun, setelah diamati ternyata batang pohon bagian bawah mulai mengerut seperti kekurangan air. Padahal, saya selalu menyiramnya dua kali sehari. Hanya beda satu dengan saya yang tiga kali makan dalam sehari, hehe

Saya sudah berusaha maksimal dalam merawat bunga ini, bahkan saya tambahkan pupuk kompos disekitar akarnya supaya menambah kesuburan tanah. Akhirnya, saya menyimpulkan bahwa dibutuhkan kesabaran dalam budidaya bunga. Dan, satu hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam budidaya dan merawat bunga adalah sayangi mereka dengan penuh cinta.

ENTRI UNGGULAN

MiniTani Sebagai Solusi di Saat Pandemi

"Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Nah, itulah sekelumit lirik lagu "kolam sus...